JILBAB BIRU UNTUK ADIKKU.

Malam ini, seorang wanita cantik dan kaya telah genap berumur 17 tahun. Di depannya telah ada hadiah yang bertumpuk dari para tamu,
“Saatnya membuka hadiah…!!!” Seru wanita itu.
Dibukanya satu persatu kado tersebut, didapatinya berbagai boneka. Pernak pernik hiasan pun ada, namun ada kado yang menarik perhatiannya. Kado sederhana dengan pita biru diatasnya. Dibukanya kado tersebut, ternyata isi kado itu adalah jilbab biru. Adapun secarik kertas di dalam kado itu, tertuliskan untuk adikku tersayang. Sorot wajah wanita itu tiba-tiba berubah marah.
“Argghh! Aku tak mau kado ini.” Seketika kado itu, dilemparnya ke lantai.
“Datanglah ayahnya, kenapa nak?“
“Ayah! Anak perempuan ayah yang tak mau dinasehati itu, mengirimkan jilbab. Sampai kapanpun, saya tak kan memakainya.”
Seketika ayah perempuan itu tanpa pikir panjang membuang jilbab itu ke tempat sampah.
Wanita remaja itu bernama vita, ayahnya bernama pak andy. Vita seorang remaja yang senang berfoya-foya, sedangkan kakaknya bernama Fina seorang wanita yang berjilbab. Diusir ayahnya sendiri karena tak mau melepaskan jilbabnya, dan memilih tinggal di panti asuhan yang sederhana dan tidak jauh dari rumah besar keluarganya. Sedangkan ibu dari keduanya telah lama meninggal dunia. Vita membenci kakaknya yang dianggapnya sok alim dengan jilbabnya, vita tidak ingin melihat wajah kakaknya itu. Di lain pihak, fina sang kakak betapa menyayangi  keluarganya itu.
Sampailah suatu kejadian, rumah besar mereka dirampok segerombolan orang memakai topeng. Para pembantu semuanya disekap, pak andhy dan vita melawan. Tak disangka diantara perampok itu membawa pistol dan senjata tajam, peluru segera bersarang di tubuh pak andhy sedangkan mata kanan dari vita tertusuk dan buta. Seketika para perampok itu melarikan diri membawa uang hasil rampokan mereka. Suasana rumah mencekam, para warga berkumpul. Pak andhy tak tertolong lagi, pak andhy terlalu banyak mengeluarkan darah. Vita merintih kesakitan di matanya. Polisi tak menduga kejadian tersebut, rumah dan korban segera dievakuasi.
Keesokan harinya, pemakaman dilaksanakan. Tanah telah menutupi liang lahat sang ayah, vita hanya duduk terdiam di samping makam ayahnya.
“Sabar yah dek!” Seru seorang wanita di belakangnya.
Vita berbalik, dilihatnya seorang wanita berjilbab. “Kamu! Kenapa kamu datang ke sini? Pergi sana!’ Perintah vita mengusir wanita itu yang tidak lain kakaknya sendiri, fina.
“ Jangan gitu dek!” Kakak sangat bersedih dengan kejadian ini.
”Ah! Pulang saja sana, saya gak butuh rasa kasihanmu.”
Dengan sabar fina pun segera berdoa di samping kuburan ayahnya, setelah itu fina pun pamit pulang kepada vita. Namun, dia tidak dihiraukan sama sekali. Fina sosok tegar dan penyabar, sosok yang sulit dijumpai. Tapi fina merasa berat keadaan adiknya yang kini hanya memiliki satu mata. Langkah fina segera meninggalkan vita dari pemakaman itu.
Beberapa hari kemudian, vita merasa minder dengan keadaannya sekarang. Semua teman-teman menjauhinya, seringkali wajahnya ia tutupi dengan rambut panjangnya karena malu. Dia pun segera menemui dokter mata, untuk mengobati matanya. Kesimpulan dokter, mengharapkan pencangkokan mata. Vita bingung mencari kemana ia harus mencari pendonor? Dan segera pulang ke rumah, dalam pikirannya melayang-layang akan nasib dirinya. Bingung mau buat apa lagi, untuk menyelesaikan masalahnya itu. Tiba-tiba handphone-nya berdering, ternyata telepon dari dokter matanya. Dokter itu memberikan informasi, bahwa pencangkokan mata bisa dilaksanakan. Ada seorang yang baik hati dan yang bersedia menyumbangkan matanya tanpa dibayar. Pencangkokan dilaksanakan, dan hasilnya berhasil. Kini mata Vita normal lagi, kini dia bebas melihat dunianya.
Beberapa minggu kemudian, dia datang kembali dokter matanya untuk pemeriksaan. Pemeriksaan pun dilakukan, mata Vita sudah sehat. Vita gembira, namun dalam hatinya masih ada tanda tanya besar siapa orang yang telah menyumbangkan mata untuknya. Dia pun bertanya kepada dokter, seketika dokter hanya memberi sebuah kado untuknya, ia merasa bingung dan segera membukanya, setelah dibukanya kado itu hanya berisi jilbab biru dan secarik kertas bertuliskan Untuk adikku yang tersayang.
“Gak mungkin dok!” Protes vita.
“Ini adalah yang sebenarnya nak vita.” Jelas dokter.
“Apa benar dok mata ini milik kakak saya..?” Tanya vita tidak percaya apa yang dialaminya.
“Iya! Benar, dokter bersumpah demi Allah yang telah memberikan mata itu adalah kakak nak vita sendiri. Yakni nak fina.” Tambah dokter itu.
Air mata vita menetes membasahi pipinya, dia segera berpamitan dengan dokter dan berangkat menuju tempat yang selama ini tidak mau ia dekati. Sesampainya, di depannya ada rumah sederhana. Tempat yang telah digunakan berteduh oleh kakaknya selama ini, yakni panti asuhan.
“Kemudian seorang anak lewat di depan vita. Dek! Kenal kak Fina nggak?” Sapa vita.
“Oh..!! Kenal kak! Mari saya antar.” Anak itu segera menarik tangan vita mendekati seseorang yang memakai jilbab biru.
“Kak fina! Kakak ini mencari kakak.”
 Segera wanita itu berbalik. “Eh Vita! Seru wanita itu agak kaget.”
“Kakak! Maafkan vita kak, vita bersalah kak. Pulang ke rumah kak!” Pinta vita kepada kakaknya itu, yang kini mata kanannya telah berbalut perban.
“ Tapi dek..,” ucapan Fina terputus.
“Kakak harus pulang kak, saya kan turuti semua kemauan kakak. Yang pastinya kakak pulang.” Pinta Vita lagi yang dari tadi air matanya tak henti-henti membasahi pipinya.
“Saya kan pakai jilbab kak, apa saja asal kakak mau pulang...” Pinta vita lagi.
Fina terdiam, dan tertunduk. “Baiklah dek! Kakak kan pulang.”
Akhirnya vita dan Fina kembali ke rumah mereka. Vita telah berjanji dalam hatinya bahwa kakaknya telah mengajarkannya akan arti persaudaraan. Semenjak hari itu vita memakai jilbab, dan belajar tentang banyak hal tentang Islam dari kakaknya itu. Sedangkan Fina tetap berusaha mengajarkan segala hal kebaikan kepada adiknya dan juga tetap berusaha memperhatikan adik-adik panti asuhan yang selama ini memberi dia inspirasi. Arti hidup manusia akan suatu kebaikan dan keteguhan hati akan bermakna bagi siapa saja yang melaksanakannya. Wallahu a'lam.
THE END
" Berjanjilah pada dirimu, mengubah hari ini untuk kebaikan kemudian..."

0 komentar:

Posting Komentar