Untukmu Sahabat

Hari itu, saat kami kelas 3 SMA di acara ospek siswa baru. Kami dinobatkan sebagai pasangan terimut. Tepatnya di pertengahan tahun 2007, itu awal kami saling mengenal satu sama lain yang dulunya hanya sekedar saling melihat. Mungkin wajah yang baby face, terimut? Kadang hal itu membuat ku tertawa dalam hati, itu moment yang membuat kami sangat lucu di depan junior kami. Panggillah namanya Dian Sabrina, yang awalnya saya hanya mengenal nama bahkan kadang bingung karena di sekolah kami ada dua dian yang berbeda. Namun sama-sama kelas IPA, itulah mengapa kebingungan muncul hanya karena nama yang sama.
Tak terasa kami pun tamat dari sekolah kami, saya tidak berjumpa lagi dengannya. Dian yang lucu dan cerewet itulah karakter yang membuat banyak sahabatnya yang sulit melupakan karakter satu ini, karakter yang membuat orang selalu tersenyum dikala yang lain sedih. Jujur saya tidak pernah melihat ia sedih, walau tak jarang saya melihatnya saat SMA bermain lelucon dengan yang lain dan kadang membuatnya Illfeel sebagian orang, namun di luar dugaan ia hanya menganggap itu candaan belaka.

Sampailah suatu saat saya pulang kuliah,  naik angkot dan turun di salah satu persimpangan jalan depan kampus unhas. Saya telah melihatnya dari jauh, ketika turun dari angkot saya hanya berpura-pura tak mengenalnya. Tapi di luar dugaan dia mengenaliku, namun lupa namaku walau awalnya saya juga mengalami hal yang sama. Kami pun naik angkot trayek yang sama, dalam perjalanan saling menanyakan kabar dan mengingat masa lalu saat ospek di kelas 3 kami. Kami saling menertawai masing-masing, yah sekedar candaan. Sampailah saya di persinggahan jalan masuk rumahku, kami pun berpisah dan sejak saat itu saya tak bertemu lagi. Karena 2 pekan kemudian saya mendengar kecelakaan yang menimpa sahabatku itu, awalnya saya tidak percaya namun ketika yang lain mengabarkan berita yang sama barulah saya percaya. Rasa kehilangan seorang sahabat begitu terasa, bahkan keberadaannya masih terasa sampai saat ini. Wajahnya masih saya ingat, semejak pertemuan di mobil angkot itu.

Setelah kecelakaan itu, beberapa pekan kemudian barulah saya tahu kalo setiap kami semua sahabatnya bertemu Dian Sabrina sebelum kecelakaan itu terjadi. Saya yakin Allah sengaja mempertemukan kami semua dengan beliau, walau itu terakhir kalinya. Sahabat yang tak mungkin ada yang menggantikannya, yakinlah itu.


Saat ini, selama sebulan lebih ini. Sampai hari ini, sudah sebulan saya merasakan dipertemukan banyak teman ku yang awalnya saya tidak pernah bertemu dengan mereka sebelumnya. Saya merasa ada waktu yang mengejarku, serasa ingin menghabiskan waktu yang tersisa dengan bertemu sahabatku dan keluargaku semua. Ingin memperbaiki yang ada, segala kesalahan masih banyak yang perlu diperbaiki lagi. Intropeksi diri itulah yang harus dilakukan dari sekarang, ini mungkin sebuah curhatan atau sekedar tulisan yang semoga menyadarkan kita untuk menghargai keberadaan sahabat kita, kesempatan yang diberi oleh Allah lakukanlah yang terbaik dan kematian itu tak tahu kapan datangnya. Semoga ini bisa menginspirasi kita semua, “Terima Kasih”

0 komentar:

Posting Komentar